Austin-Sparks.net

Salib dan Jalan Hidup

oleh T. Austin-Sparks

Bab 8 - "Malam Berjaga-Jaga"

Dalam bab terakhir ini, kami harus berusaha memfokuskan segalanya pada satu kata yang cukup sederhana dan tepat. Saudara semua yang telah berada di sini selama ini, atau sebelumnya, mungkin akan dapat mendeteksi dalam apa yang saya katakan tahap-tahap dari garis yang telah kita lalui, meskipun saya tidak menelusurinya kembali. Akan tetapi, akan ada referensi yang dibuat.

Namun untuk saat ini, semuanya dikumpulkan menjadi satu bagian dalam satu ayat di Kitab Keluaran: "malam berjaga-jaga" (Kel. 12:42). Terjemahan lain adalah "malam yang patut dikenang".

Jika dalam sejarah saudara ada suatu malam yang akan dikenang dan dirayakan selama 3650 tahun, itu akan menjadi malam yang sangat agung! Atau mari kami katakan dengan kata lain; jika suatu malam begitu penting sehingga Allah berfirman bahwa malam itu harus diingat setidaknya selama 3650 tahun, itu pasti adalah malam yang sangat agung! Tetapi itu belum seberapa; mungkin ada suatu malam dalam sejarah kita yang pergi jauh melampaui itu. Tiga ribu enam ratus lima puluh tahun hanyalah rentang waktu; ketika kita memasuki tujuan Allah, kita melewati waktu secara bersamaan, dan frasa yang mengaturnya adalah "sampai selama-lamanya". Itu adalah malam yang penting, jika pada titik mana pun kita masuk ke dalamnya. Maksud saya, waktu di mana kita memasukinya adalah waktu yang sangat, sangat agung; entah kita menyebutnya suatu malam atau tidak, itu adalah waktu yang patut dikenang.

Malam yang Lama Dinantikan

Kembali ke frasa ini dalam sejarah Israel, kita tahu bahwa malam itu, malam agung itu yang begitu patut dikenang dan dirayakan selama berabad-abad setelahnya, adalah malam atau saat terwujudnya pembebasan yang telah lama diinginkan dan dinanti-nantikan; puncak dari periode yang disebutkan oleh Tuhan kepada Abraham tentang keturunannya. Empat ratus delapan puluh tahun mencapai puncaknya pada saat itu - waktu yang lama untuk menantikan, waktu yang lama untuk menantikan suatu hasil. Allah telah menantikan jauh lebih lama dari itu untuk mengamankan apa yang mungkin Ia amankan malam ini. Kita akan melihat apa itu dan mungkin, teman-teman terkasih, bahwa ada sisi lain dari itu, bahwa entah kita menyadarinya atau tidak, kita mungkin telah menantikan saat ini untuk waktu yang sangat lama.

Saudara lihat, Perjanjian Baru dengan jelas dan pasti berbicara tentang kita yang telah dipilih di dalam Kristus sebelum dunia dijadikan (Ef. 1:4). Itu sudah lama sekali, namun dengan semua waktu yang telah berlalu, orang-orang sekarang datang kepada kebaikan, makna dan nilai dari pilihan kekal Allah itu dan banyak dari kita tahu bahwa kita telah bergerak ke dalam sesuatu dengan Tuhan. Telah ada saat krisis dan gerakan yang pasti di pihak kita, tetapi apakah kita menyadari bahwa itu bukan hanya suatu kebetulan dalam waktu atau sesuatu yang kita datangi atau yang datang kepada kita pada titik tertentu? Itu muncul langsung dari kekekalan masa lalu, itu adalah saat yang kekal, waktu yang kekal, hari yang kekal! Itu bukan hanya sesuatu dalam waktu. Dan apa yang ada di dalam hati saya adalah untuk mencoba membawa ke hadapan saudara sesuatu dari keagungan dari apa yang kepadanya kita dipanggil; bahwa entah kita baru pertama kali datang kepadanya atau tidak, kita datang ke dalam pemahaman baru tentang hal itu dan rasa baru tentang apa yang telah lama dinantikan Allah, dan dalam arti tertentu, telah lama kita nanti-nantikan.

Kita telah menantikan—jika saudara bisa memahami ungkapan seperti ini—sejak sebelum kita dilahirkan untuk sesuatu yang Allah rencanakan bagi kita. Dan jika kita memahaminya (dan kita tidak selalu memahaminya pada hari kita dilahirkan kembali), kita tahu sesuatu telah terjadi, sesuatu yang sangat agung telah terjadi. Kita merasa bahwa inilah tujuan kita dilahirkan. Namun, pemahaman kita akan maknanya sangat terbatas, dan akan tiba saatnya, atau saat-saat, dalam hidup kita ketika sesuatu darinya akan datang kembali kepada kita dengan cara yang baru. Dan kita merasa seolah-olah semua yang telah terjadi sebelumnya terasa sangat, sangat kecil dibandingkan dengan saat ini. Inilah tujuan kita dilahirkan, bukan hanya secara alami, tetapi juga tujuan kita dilahirkan kembali secara rohani.

Saya teringat kisah seorang hamba Allah terkasih yang telah dipakai Tuhan dengan luar biasa, yang sangat terkenal, yang tiba pada hari seperti itu ketika sesuatu yang bermakna sejati, panggilan kepada kepenuhan yang lebih besar di dalam Kristus, terungkap dalam benaknya. Hal itu begitu berarti sehingga keesokan paginya di meja makan, kedua putranya berkata, "Apa yang terjadi padamu, ayah? Ayah tampak berbeda. Apa yang telah terjadi padamu?" Ia kembali ke mimbar gerejanya yang agung dan terkenal, dan orang-orang mulai bertanya, "Apa yang telah terjadi pada pastor? Ia tampak seperti manusia baru." Saat ia berkeliling negeri tempat ia dikenal, pertanyaan yang sama diajukan, "Apa yang telah terjadi pada Tuan si Ini?" Dan ia berkata kepada saya secara pribadi, "Tahukah kamu, apa yang telah terjadi pada-ku, meskipun pertobatan-ku sungguh nyata, telah membuat pertobatan-ku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang telah terjadi pada-ku beberapa hari terakhir ini."

Mungkin kita sedang menantikan hal seperti itu. Yah, kalau memang begitu, itu akan menjadi suatu hari atau malam yang begitu patut dikenang, bukan? Nah, kita sedang menantikan, dan Allah sedang menantikan.

Beberapa Alasan untuk Penantian

Tetapi mengapa? Mengapa empat ratus delapan puluh tahun dalam kasus Israel? Mengapa penantian itu? Jika Allah telah merencanakannya sejak kekekalan, lalu mengapa menunda? Jika Ia telah meletakkan tangan-Nya atas umat-Nya dan membawa mereka ke dalam hubungan dengan-Nya seperti yang telah Ia lakukan dengan Israel, mengapa penantian itu? Ada suatu rahasia tentang waktu Allah. Tentu saja, itu adalah rahasia pengetahuan awal Allah.

Saya tidak ingin membingungkan saudara, tetapi ada fakta ini. Entah saudara bisa menjelaskannya atau tidak, faktanya adalah dua hal sinkronisasi dalam cara Allah yang misterius, dan kedua hal itu adalah: kesiapan manusia dan waktu Allah. Waktu itu adalah waktu yang telah ditetapkan dengan Allah, namun dalam pengetahuan-Nya sebelumnya, Ia menetapkan waktu itu sesuai dengan apa yang Ia ketahui sebelumnya sebagai kesiapan umat-Nya. Dan ada banyak hal di balik itu, saudara tahu, sinkronisasi antara kesiapan manusia dan waktu Allah. Allah menetapkan waktunya, empat ratus delapan puluh tahun, tetapi Ia tahu persis seperti apa situasi yang akan terjadi di akhir setiap hari dalam periode itu. Dan karena Ia tahu, semuanya terjadi sesuai dengan jadwal-Nya. Bisakah kita menjelaskan hal ini?

Ya, hanya ini saja. Allah, seperti yang telah sering kami katakan, sangat praktis. Allah tidak teoretis atau asal-asalan. Ia sangat praktis. Sangatlah penting bagi manusia untuk berada dalam kondisi yang sedemikan rupanya sehingga memungkinkan tujuan dan kehendak Allah untuk menjadi sangat nyata dalam sejarah manusia. Kita semua tahu bahwa meskipun tujuan, kehendak, rencana, dan pikiran Allah telah disajikan kepada kita, dan kita tahu bahwa itulah yang Allah inginkan bagi kita, kita tidak bisa begitu saja mengambilnya dan memasukinya kapan pun kita mau. Ini telah menjadi mutlak perlu bahwa suatu kondisi telah dicapai oleh kita untuk mewujudkan hal itu. Jika tidak, itu akan menjadi sekadar teori, sesuatu yang datang kepada kita dan begitu saja. Tetapi ketika Allah melakukan sesuatu, Ia melakukannya dengan cara dan pada saat ketika hal itu luar biasa karena persiapan yang telah dibuat untuk itu dan karena manusia sekarang siap untuk itu. Dan jika itu tidak terjadi sekarang karena kesiapan manusia, maka bencana pasti akan terjadi. Itu menjadi krisis akut karena apa yang telah Allah lakukan dalam persiapan.

Lihatlah, Salib Tuhan Yesus telah selalu ada di sana. Pada prinsipnya, Salib itu telah ada selama berabad-abad sejak kejatuhan Adam. Salib itu telah selalu ada bagi Israel di Mesir. Salib tidak diperkenalkan di sana di Mesir pada hari Paskah untuk pertama kalinya. Salib itu telah selalu ada di sana bagi bangsa Israel, tetapi bangsa itu belum siap menerimanya. Oleh karena itu, meskipun ada di sana, Salib itu masih laten dan belum membawa mereka keluar melalui pembebasan yang luar biasa. Salib itu ada di sini dengan segala signifikan dan maknanya yang luar biasa, tetapi berapa banyak dari kita yang siap menerimanya? Ia menantikan sampai kita siap. Harus ada sejarah yang akan membuatnya benar-benar nyata.

Tentu saja hal itu berlaku bagi mereka yang belum diselamatkan, bahwa pertobatan dan kelahiran baru bukan hanya sesuatu yang dimulai dan diakhiri pada saat itu. Allah telah bekerja dan memimpin ke arah itu. Hal itu seperti serpihan salju terakhir di atas longsoran salju, ia turun, tetapi telah ada sejarah panjang pembangunan itu secara rahasia, yang tidak selalu disadari, tetapi ketika itu terjadi, jiwa itu berkata, 'Aku mengerti banyak hal sekarang, aku melihat makna dari banyak hal sekarang, aku menyadari bahwa ada sesuatu yang tersembunyi di balik ini sekarang. Aku dapat menjelaskan banyak hal sekarang berdasarkan hal ini.' Dan apa yang benar dalam kasus keselamatan pada awalnya - pertobatan, kelahiran baru, bagaimanapun saudara menyebutnya - juga berlaku untuk krisis-krisis ini dalam kehidupan seorang Kristen. Saya tidak sedang berbicara tentang berkat kedua yang hanya tersendiri. Saya sedang berbicara tentang berkat demi berkat yang ditandai dengan krisis-krisis baru kepada apa Allah telah bergerak. Apa pun titik kemajuan saudara, ada sesuatu yang lebih besar lagi yang akan membuat semua yang telah berlalu tampak kecil jika dibandingkan. Percayakah saudara akan hal itu? Suatu malam yang patut dikenang dapat datang lagi dan lagi kepada seorang Kristen seiring ia menjalani kehidupannya.

Namun, apa sebenarnya sejarah Israel ini? Apa yang telah tertunda? Mengapa mereka tidak mencapai titik ini lebih awal? Apa saja hal yang harus diselesaikan sebelum malam itu, malam yang tak terlupakan itu, tiba? Apakah mereka berpuas diri dengan kelahiran mereka sebagai orang Ibrani, dan mungkin berpikir bahwa karena mereka adalah anak-anak Abraham, keturunan Abraham sejak lahir, bahwa mereka benar dan mereka telah memperoleh segalanya oleh kelahiran mereka ketika mereka lahir dalam keluarga Abraham, sehingga mereka telah memiliki segalanya?

Ada ajaran tertentu yang beredar luas saat ini yang mengajarkan bahwa ketika saudara dilahirkan kembali, saudara memiliki segalanya, dan semua pembicaraan tentang berkat yang semakin banyak dan hidup yang lebih banyak lagi dan terang yang lebih banyak lagi, dan sebagainya, itu berbahaya. Saudara mendapatkan segalanya ketika saudara dilahirkan kembali, dan banyak orang telah meyakini hal itu. Nah, 'kekeliruan' (jika saya boleh menciptakan kata) dari hal itu cukup nyata bagi semua pengamat. Itu adalah keterbatasan dan seringkali kontradiksi, inkonsistensi. Apakah mereka hanya meyakini kelahiran Ibrani mereka? 'Kami adalah umatnya, kami adalah umat pilihan, segalanya adalah milik kami, kami telah memperoleh semuanya melalui kelahiran kami.' Baiklah, itu harus dihilangkan. Mungkin butuh waktu lama, empat ratus delapan puluh tahun atau lebih. Itu harus dihilangkan sebelum malam yang patut dikenang, yang begitu jelas dalam sejarah, dapat datang.

Mungkin ada alasan lain, sebab lain, dan hal-hal lain yang harus dihadapi. Mereka berada dalam situasi yang sangat sulit di Mesir. Mungkin mereka percaya bahwa keadaan yang mereka alami, begitu sulit, begitu berat... berarti bahwa Allah telah meninggalkan mereka dan mereka telah menerima situasi buruk ini dengan pasrah dan kehilangan penharapan. Mungkin mereka berkata: 'Serahkan segalanya, semua ini seolah mengatakan dengan sangat jelas bahwa apa pun yang Tuhan maksudkan di awal atau di suatu waktu, Ia telah menyerahkannya sekarang dan Ia telah menyerahkan kita dan meninggalkan kita.' Itu mungkin kondisi sebagian orang, bahwa saudara telah kehilangan pegangan saudara karena hal-hal yang telah terjadi, hal-hal yang mungkin telah saudara lakukan, hal-hal yang telah datang ke dalam hidup saudara, situasi dan keadaan yang telah menjadi bagian dari sejarah saudara. Saudara berkata, 'Baiklah, apa pun yang Allah maksudkan di suatu waktu, aku harus menyerahkannya sekarang, meninggalkannya sekarang: lihatlah pada ini dan itu. Ini justru menunjukkan sebaliknya, bahwa Allah tidak memiliki tujuan nyata dalam diri-ku. Aku hanya lepaskan saja.' Saudara telah kehilangan pegangan saudara pada maksud Allah dalam keselamatan saudara karena keadaan, kejadian, atau kondisi. Saudara telah memutuskan untuk menerima situasi tersebut dan memanfaatkannya sebaik mungkin: sebuah penerimaan yang fatalistis. 'Yah, mungkin itu baik-baik saja bagi orang lain, mungkin Allah memang bermaksud demikian, tetapi Allah telah menyerahkannya dan meninggalkan-ku.' Itu harus dihancurkan.

Kita akan melihat sebelum kami selesai, bahwa itu adalah sesuatu yang telah dihancurkan. Itu harus ditolak, teman-teman terkasih saya. Jika Allah telah berkata bahwa Ia memanggil saudara dan jika Allah telah meletakkan tangan-Nya atas saudara, maka apa pun keadaan hidup saudara dan apa pun kegagalan saudara, apa pun yang saudara sebut insiden atau kecelakaan, apa pun kesulitan yang mungkin ada di sekitar saudara, Allah mampu mewujudkan tujuan-Nya jika saudara akan percaya dan jika saudara akan berpegang teguh.

Jika pernah ada kasus yang tak berpengharapan bagi Allah, itu adalah Yakub. Namun, saudara lihat, itulah hikmat Allah dalam menangkap seorang seperti Yakub, yang telah menjalani sembilan puluh tahun intrik dan tipu daya. Allah menangkapnya untuk menunjukkan bahwa dalam kasus yang tak berpengharapan seperti itu, Allah dapat mewujudkan tujuan-Nya ketika Ia mendapatkan jalan-Nya. Andai saja seperti Yakub, ada penangkapan Allah dan tujuan-Nya pada malam itu - "Aku tidak akan membiarkan Engkau pergi", "Aku tak akan menyerah pada keputusasaan, keputusasaan yang mungkin muncul dari hidupku yang malang dan hancur, kekacauan yang telah kubuat; namun aku tidak akan membiarkan Engkau pergi, jika Engkau tidak memberkati aku." Ia menangkap Allah, dan bahkan seorang Yakub pun dapat berada di garis langsung tujuan Allah.

Mungkin mereka telah melepaskan, menutup diri terhadap Allah, dan Allah harus melakukan sesuatu. Mungkin mereka berpikir, berpikir fatalistik, 'Yah, sesuatu akan muncul suatu hari nanti. Ini adalah jalan yang panjang yang tak berujung. Kurasa kita akan sampai di tikungan jalan suatu hari nanti. Yah, kita harus menantikan sesuatu terjadi.' Kepasifan... betapa benarnya bahwa hal itu menunda malam yang begitu patut untuk dikenang itu. Bagi banyak orang, memang seperti itu, pencuri waktu yang mengerikan, kepasifan... menantikan sesuatu terjadi. Pernahkah saudara sampai pada keadaan di mana saudara hanya menantikan, berharap bahwa, yah, segalanya akan membaik suatu hari nanti? Saudara akan terus menantikan sampai hal itu teratasi. Itu tidak akan berhasil.

Allah Mempercepat Masalah Ini

Nah, Allah mengambil tindakan yang sangat pasti dalam hal ini untuk mempercepat masalah tersebut. Ia mengubah rezim-nya. Untuk waktu yang lama mereka merasa cukup nyaman dengan Firaun setelah Yusuf. Untuk beberapa waktu setelah Yusuf, selama masa hidup Yusuf dan beberapa saat setelahnya, keadaan di tanah Gosyen cukup baik dan mereka telah menetap. Namun untuk mempercepat masalah ini, Allah telah mengubah rezim-nya dan muncullah seorang Firaun yang tidak mengenal Yusuf. Allah mulai menyusahkan, mempersulit, mengobarkan hal-hal, untuk memulai gerakan ini yang akan berakhir dengan kesiapan mereka untuk hari Allah. Nah, dalam semua itu, saya telah mencoba menunjukkan bahwa memang benar dan perlu adanya suatu kondisi agar tujuan Allah menjadi matang, agar "malam yang patut dikenang" itu tiba.

Malam Salib

Itu membawa kita pada hal ini, bahwa malam yang patut dikenang itu adalah malam Salib. Dalam gambaran dan figur Paskah dan Anak Domba, itulah titik balik dalam segala hal ketika mereka benar-benar menyadari bahwa jalan mereka melalui adalah jalan Salib. Jalan keluar mereka adalah jalan Salib, bahwa di dalam apa yang mengemukakan Salib Tuhan Yesus adalah pembebasan mereka, emansipasi mereka, kehidupan mereka, dan perwujudan takdir mereka. Semuanya terkonsentrasi pada inti dari malam itu - Salib, darah dan Anak Domba, percikan dan makan. Darah selalu berbicara tentang kehidupan lain selain kehidupan kita sendiri. Itulah pengharapan kita. Bahkan orang Kristen pun membutuhkan waktu lama untuk sampai ke sana dalam banyak kasus. Kehidupan lain, dan dalam kehidupan lain itu terdapat segala sesuatu yang kurang dari kita dan terdapat segala sesuatu yang melampaui diri kita sendiri. Dalam kehidupan lain itulah terdapatkan segalanya. Setelah semuanya, itu tidak ada di dalam kita; bahkan jika kita tidak pernah gagal, itu tidak akan ada di dalam kita. Kalau saja semuanya berjalan lancar, kita tidak akan pernah bisa lolos. Itulah yang telah selalu kami katakan.

Kain - semuanya berjalan cukup baik baginya. Ia mampu mengolah tanahnya, mengelola kebunnya, dan menghasilkan buahnya, buah yang sangat indah, dan semuanya sangat berhasil. Namun, itu tidak membantunya melewatinya. Habel berhasil melewati karena kehidupan lain ini. Oh, betapa berharganya pemahaman yang memadai tentang kebenaran yang luar biasa ini, yang terkadang tampak begitu mendasar, namun mengatur seluruh tujuan Allah; bahwa Kristus dalam apa adanya Dia, adalah jawaban untuk segalanya. 'Bukan siapa diriku, ya Tuhan, melainkan siapa diri-Mu; hanya itu, itu saja yang dapat menjadi ketenangan jiwaku yang sejati.' Dan saya katakan, butuh waktu bertahun-tahun bagi sebagian orang untuk mendapatkan hal itu diselesaikan. Mereka selalu mencari-cari, mencoba menemukan dalam diri mereka sesuatu yang dapat mereka gunakan untuk memenuhi tuntutan Allah, sehingga mereka dilecehkan, diganggu, dan dimiskinkan oleh kegagalan, kelemahan, keberdosaan, dan kesalahan mereka sendiri. Dan karena begitu terobsesi dan sibuk dengan diri mereka sendiri dan kehidupan mereka sendiri yang berantakan, mata mereka langsung teralihkan dari kenyataan bahwa, bagaimanapun juga, ini bukan tentang siapa diri mereka itu; baik, buruk, atau acuh tak acuh. Semuanya ada di kehidupan lain, dan itulah satu-satunya jalan, tetapi itulah jalan keluarnya.

Mengapa tidak mempersingkat penundaan ini dan memberikan Tuhan apa yang Ia nantikan, dan saudara akan menemukan dalam misteri waktu Allah bahwa saat saudara melangkah ke sana, Allah sudah ada di sana, dan hal itu terjadi. Emansipasi saudara, pembebasan saudara, terjadi. Semuanya ada dalam kebajikan dan nilai kehidupan lain itu yang diwakili oleh darah Tuhan Yesus yang tercurahkan dan terpercik.

Anak Domba Allah, memakan Anak Domba... itu adalah aspek lain dari hal yang sama. Apakah itu? Itu adalah Anak Domba yang tanpa noda, tanpa cacat. Lihatlah, tidak ada jalan keluar saat saudara memakan diri saudara sendiri. Apa yang saudara makan, jika saudara memakan diri saudara sendiri? Hanya kebinasaan, memakan kebinasaan. Itu tidak baik, bukan? Tetapi inilah intinya: satu-satunya cara yang mungkin untuk melewatinya adalah dengan memakan kodrat yang lain. Tidak ada hubungan yang mungkin dengan Allah kecuali berdasarkan kodrat diri Allah sendiri. Kita harus mengambil bagian dalam kodrat ilahi agar dapat memiliki tempat bersama Allah. Persatuan dengan Allah didasarkan pada siapa diri Dia sendiri di dalam Kristus.

Kita harus menjadikan itu substansi dan penopang keberadaan kita—memakan, yaitu mengambil bagian dalam kodrat ilahi, menjadikan kodrat ilahi dan apa Kristus itu dalam kesempurnaan kemanusiaan-Nya, menjadikan Dia sebagai apa yang saudara makan, tempat saudara bersandar untuk keberadaan saudara itu sendiri. Sesederhana ini? Tapi inilah dia. Inilah jalan keluarnya, dan sampai kita tiba di sana, malam agung itu ditunda. Ketika kita tiba di sana, itu akan menjadi yang sangat dikenang. Itu semuanya adalah nilai darah sebagai kehidupan lain dari daging Anak Manusia sebagai kodrat yang lain. "Sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu" (Yohanes 6:53). "Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku..." Itu semuanya adalah bahasa kiasan, tetapi sangat, sangat nyata dalam alam rohani. Jalan hidup adalah persatuan dengan Allah, tetapi persatuan dengan Allah didasarkan pada kodrat Allah sendiri yang disediakan bagi kita dalam tubuh Tuhan Yesus yang telah dipecah-pecahkan dan dalam darah-Nya yang tercurahkan.

Tetapi saudara tahu doktrin itu, bukan? Itu bukanlah pencerahan dan informasi baru bagi saudara. Saudara tahu doktrin iman. Ah, ya, saya tahu, tetapi apa perintahnya pada malam yang patut dikenang itu? "Kamu harus memakannya dengan pinggangmu berikat, dan tongkat di tanganmu" (Kel. 12:11). Saudara berikat pinggang atas dasar ini, berikat pinggang dalam iman bahwa inilah jalan keluar saudara, saudara berikat pinggang, saudara terkumpul, saudara terkonsentrasi, dan saudara siap. Pinggang saudara berikat dan tongkat ada di tangan saudara. Saudara keluar dalam iman. Di situlah kepasifan saudara dikesampingkan oleh Salib, di mana fatalisme saudara dikesampingkan oleh Salib. Semua keputusasaan saudara dikesampingkan oleh Salib, dan segala sesuatu yang membuat waktu terus berjalan tanpa peristiwa. Salib berkata, 'Lihatlah, inilah persediaanmu, kamu berikat pingganglah, ambillah, makanlah dengan pinggangmu berikat dan tongkat di tanganmu.' Betapa besarnya posisi iman, bukan? Betapa praktisnya hal ini. Saudara akan bertindak berdasarkan ini, dan sungguh menakjubkan, ketika mereka makan, ketika mereka mengambil darah, mengikat pinggang mereka, dan mengambil tongkat mereka, pintu terbuka dan mereka keluar.

Saya tahu betapa sederhana dan mendasarnya pesan ini, tetapi saya menyampaikannya langsung dalam kehidupan Kristen, karena Allah memiliki tujuan yang sangat agung bagi umat-Nya melalui panggilan kekal mereka dan penebusan ajaib mereka. Tujuan yang sangat agung... jauh lebih agung daripada yang disadari mayoritas orang Kristen. Saya rasa saya tidak salah ketika mengatakan bahwa mungkin sebagian besar orang Kristen hanya mengetahui bahwa mereka telah diselamatkan, dan sangat bersukacita karena telah diselamatkan, bersukacita karena telah diselamatkan. Relatif sedikit yang benar-benar berada dalam kebaikan tujuan agung Allah sejak kekekalan, "Dipanggil sesuai dengan rencana-Nya" (Rm. 8:28). Bukanlah tugas kami sekarang untuk mengatakan apa tujuan itu, untuk menjelaskannya. Cukuplah menyatakan faktanya. Kita dipanggil dengan tujuan yang sangat agung, bukan hanya untuk keluar dari Mesir dan cengkeraman iblis, tetapi dengan sebuah tujuan, tujuan yang luar biasa, yang tidak lain adalah kepenuhan tak terbatas dari Anak Allah, Yesus Kristus, dan panggilan kekal. Itu adalah hal besar yang kepadanya kita dipanggil di dalam Kristus, tetapi berapa banyak orang Kristen yang benar-benar berada di dalamnya, dan jika mereka tahu bahwa mereka berada di dalamnya, sedang merasakan maknanya: bahwa kehidupan ini adalah kehidupan yang tidak ada habisnya, bahwa ada pemandangan baru setiap saat?

Saya tidak melebih-lebihkan. Langit terbuka dan kita melihat semakin banyak, dan semakin banyak, kepada apa kita dipanggil. Sungguh luar biasa. Memang seperti itu, dan pesan ini harus diakhiri dengan catatan itu. Saudara tidak dimaksudkan hanya untuk diselamatkan dan masuk surga, untuk mengetahui bahwa dosa-dosa saudara telah diampuni dan untuk menerima sejumlah berkat yang datang bersama keselamatan. Tetapi di hadapan saudara terbentang dan menjangkau sepanjang masa kekal tujuan Allah bagi kita semua yang "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang telah disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1 Korintus 2:9).

Sungguh luar biasa panggilan kita itu, dan sungguh malam yang patut dikenang ketika hal itu datang kepada kita! Namun, kita harus menyadari bahwa semua itu telah dijamin bagi kita oleh Salib Tuhan Yesus dan percaya bahwa tahap, fase, atau posisi saat ini bukanlah semua yang Allah maksudkan. Allah bermaksud jauh lebih banyak lagi daripada ini, maka kita mengikat pinggang kita; kita mengambil tongkat kita dan berkata, "Kami percaya itu; kami akan terus maju ke dalam itu oleh kasih karunia Allah." Kami tidak akan berlama-lama lagi dalam hal ini, baik atau buruk, yang bukanlah yang terbaik dari Allah.”

Tuhan menggerakkan kita dengan sangat dahsyat dan Tuhan menjadikan malam ini malam yang patut dikenang. Ini dapat terjadi, yakinilah, karena hal ini telah terjadi bagi sebagian dari kita dengan cara yang sangat, sangat luar biasa dan kami tidak percaya bahwa semuanya dirangkum dalam satu malam. Masih ada kepenuhan yang akan Tuhan berikan kepada kita, tetapi itu harus selalu didasarkan pada dasar yang sama: bukan atas dasar diri kita sendiri dan siapa diri kita atau bukan diri kita, melainkan atas dasar siapa Dia itu. Dan kemudian, itu haruslah berikat pinggang iman dalam penerimaan dan penempatan diri kita ke arah jalan yang terus maju, oleh kasih karunia Allah.

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.