Kristus Hidup Kita (1964)

oleh T. Austin-Sparks

Pertama kali diterbitkan di dalam majalah "A Witness and A Testimony" 1931, Jilid 9-2, diterbitkan ulang pada bulan Jan-Feb 1964, Jilid 42-1. Judul asli: "Christ Our Life (1964)". (Diterjemahkan oleh Silvia Arifin)

Salah satu tujuan utama Roh Kudus dengan anak-anak Allah adalah untuk mendapatkan mereka secara rohani dan pengalaman ke dalam Kristus sebagai yang bangkit dan ditinggikan, dan ke dalam kehidupan Kristus yang bangkit dan ditinggikan.

Tahap hal-hal saat ini khususnya ditandai dengan pemotongan dari hal-hal, manusia, dan gerakan, dengan maksud untuk menjadi terikat seluruhnya kepada diri Tuhan Yesus sendiri. Antikristus akan segera dimanifestasikan, dan mungkin akan datang di sepanjang garis gerakan-dunia yang besar dan bersatu dari peningkatan manusia dan peningkatan moral dan sosial di bawah nama “Kekristenan”, tetapi tanpa regenerasi; suatu dorongan besar ‘kemanusiaan’; perkembangan penuh dari dosa utama – kemandirian, dan superioritas terhadap, Allah – Allah yang sejati.

Banyak orang yang akan tertarik untuk mengikuti dia, dan untuk menolak untuk dimasukkan ke dalam gerakan seperti itu akan membawa pemikiran negatif dan pengucilan bagi mereka yang demikian menolaknya. Tuhan sedang mempersiapkan untuk Antikristus dengan berupaya menjadikan Tuhan Yesus lebih lengkapnya hidup umat-Nya sendiri daripada pengalaman mereka.

Pekerjaan, usaha, kegiatan, gerakan, gereja, masyarakat, ajaran, orang-orang, dll, telah menjadi dan merupakan kehidupan banyak orang. Mereka harus memiliki stimulus dari suatu program, skema, suatu tempat untuk ditempati.

Ajaran – dengan demikian – dapat menimbulkan kebingungan dan tidak menyediakan jalan hidup. Pekerjaan bisa menyebabkan kelelahan dan kekecewaan. Gerakan dapat ditandai hanya dengan ciri-ciri manusia dan menjadi bidang pertikaian.

Segala sesuatu – semuanya – akan mengecewakan cepat atau lambat, tetapi Tuhan tetap dan tidak pernah gagal. Ukuran keterikatan kepada Tuhan seringkali dapat menjadi ukuran kelekatan pada beberapa minat, baik seseorang, atau orang-orang, atau tempat, atau gerakan, atau bagian dari pekerjaan, dan ketika hal-hal ini rusak, iman kepada Tuhan terguncang, dan periode gelap gerhana iman dilewati.

Apa yang harus kita pelajari dengan sungguh-sungguh adalah untuk mengikatkan segala sesuatu kepada diri Tuhan sendiri, dan untuk menghargai Dia sepenuhnya. Tuhan harus menjadi hidup supaya roh dapat menjadikannya kuat; bukan kepentingan dan keprihatian objektif belaka. Kalau tidak, kita hanya akan berdiri dengan kuat ketika ada daya tarik dari peristiwa, krisis atau darurat lahiriah.

Tuhan harus menjadi hidup bagi pikiran kita sehingga kebenaran bukan bagi kita, baik abstrak atau hal-hal yang benar belaka, melainkan hidup dan kuasa.

Tuhan harus menjadi hidup tubuh kita. Kelemahan atau kekuatan alami bukanlah kriterianya. Penyembuhan sebagai suatu ‘kebenaran’ atau sebagai sesuatu dalam dirinya sendiri dapat menjadi perbudakan hukum dan suatu ‘momok’. Ini adalah diri Tuhan sendiri yang adalah hidup kita, apakah kita akan tetap terbebani dengan kelemahan atau dibebaskan – yang mana pun yang akan paling melayani kemuliaan-Nya. Ini bukanlah kondisi alami, melainkan transendensi dan pencapaian Tuhan.

Di zaman tekanan hebat yang sekarang menimpa umat Tuhan di mana-mana; hari-hari ketika musuh mengambil lebih sedikit ‘hari-libur’ dari pada sebelumnya; hari-hari ketika ini lebih berbahaya bagi orang percaya untuk mengambil ‘hari-libur’, hanya ada satu hal yang memadai – yaitu bahwa Tuhan harus dikenal dalam kemutlakan sebagai hidup kita – hidup kita itu sendiri.

Nasihat Barnabas kepada para petobat di Antiokhia mungkin merupakan kata yang sangat tepat waktu dan bermanfaat bagi kita pada saat ini: “Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan” (Kisah Para Rasul 11:23).